Fenomena CROCS Murah Di Indonesia


Diskon sepatu crocs murah beberapa minggu yang lalu mungkin sempat menghebohkan warga Jakarta. Ratusan orang berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan Plaza Senayan(Sensi) di daerah Jakarta selatan, tempat gerai/toko crocs berada. Mereka mengadu untung untuk mendapatkan sepatu crocs mipor dengan harga miring yang hanya berlangsung beberapa hari saja.
Diberitakan bahwa pada hari senin(15/3/2010) antrian sudah sampai ke lantai 5, sedangkan gerai crocs itu sendiri berada di lantai 8. Disini kita bisa melihat betapa masyarakat sangat antusias untuk mendapatkan sepatu buaya ini dengan potongan harga antara 50 sampai 70 persen.
Sejarah semua sepatu crocs itu sendiri dimulai pada juli 2002, di Bulder, Colorado saat George Boedecker, Scott Seamans dan Duke Hanson memutuskan untuk memasarkan sepatu yang tidak biasa, yang dikembangkan dan diproduksi oleh Foam Creations, Inc. Crocs diperkenalkan pertama kali di Beach Model pada bulan November 2002 di Florida Boat Show dan terjual habis dalam dua hari. Dari sana, popularitas menjamur. Penjualan mengalir masuk tahun 2003 dan Crocs telah menjadi fenomena bona-fide, yang diterima secara universal sebagai tujuan sepatu semua untuk kenyamanan dan mode.
Jika kita teliti lebih dalam, diskon crocs ini tetap saja tidak masuk akal dan nonsense(tidak ada artinya). Karena dengan diskon 50 sampai 70 persen itu, sepatu crocs tersebut tetap saja terlalu mahal untuk sebuah sepatu. Sepatu crocs sendiri dapat dibeli dengan harga 400 sampai dengan 200 ribu, yang biasanya dijual sekitar 800 sampai 600 ribu. tapi apakah semua itu masuk akal, dengan kondisi Indonesia saat ini? Hanya untuk sebuah sepatu/sandal yang nantinya akan menjadi alas kaki yang kemudian di dinjak-injak, kita menghabiskan begitu banyak uang.
Sepertinya banyak orang kaya di Indonesia, memang lebih suka menghambur-hamburkan uangnya demi sebuah barang impor dan merek. Beberapa orang berkata, harga yang dibanrol dengan kualitas barang yang diberikan sebanding, dan itu merupakan salah satu bagian dari memanjakan diri. Memang itu merupakan hak mereka yang memiliki uang, namun apakah wajar? Dengan keadaan Indonesia yang masih memprihatinkan ini. Di saat masih banyak orang-orang miskin berjuang keras untuk mendapatkan sebutir nasi.
Sementara banyak orang di dunia termasuk Indonesia menganggap sepatu crocs nyaman dan penuh dengan warna-warni. di sisi lain, banyak orang melihat bahwa sepatu ini sebagai sebuah “Bencana Fashion”, subkultur ini sendiri muncul dari orang-orang yang menentang sepatu ini. Sebuah artikel di Koran Washington Post merupakan sebuah artikel yang menggambarkan fenomena ini: “Begitu Pula Dunia Fashion Terpesona oleh Crocs. Meskipun para perancang mereka membuat dengan ‘ultra-hip Italian styling,’ namun banyak yang menemukan mereka mengerikan”. Sebuat Blog Bernama “I Hate Crocs dot com.” Merupakan blog yang melawan/menentang crocs secara berkala. Bahkan ada juga sebuah group di Facebook, yang memiliki lebih dari 1,4 juta member yang memutuskan untuk menghilangkan sepatu tersebut. Sepatu ini bahkan telah menjadi sasaran sindiran salah satunya yaitu pada acara Real Time with Bill Maher. Di acara tersebut Maher menyebut sebuah aturan baru,”Berhenti Menggunakan Sepatu Plastik”.
Sangat miris sekali jika kita lihat memang, saat banyak orang-orang yang mapan dan kaya menghambur-hamburkan uang tanpa arti, di daerah lain 21 orang harus tewas pada pembagian Zakat di Pasuruan karena baku hantam, saling gencet dan saling pukul hanya untuk mendapatkan uang zakat 20 ribu atau 40 ribu. Seperti perkataan imam Prasodjo, pengamat Sosial. fenomena ini juga dapat dilihat sebagai bentuk ketimpangan pembangunan dan kesejahteraan antara yang kaya dan miskin.

0 comments:

Post a Comment